Rabu, 11 Januari 2023

Penemuan Harta Karun Lumpur Lapindo

Penemuan Harta Karun Lumpur Lapindo Sidoarja yang tak Terduga

Penemuan Harta Karun Lumpur Lapindo

Penemuan Harta Karun Lumpur Lapindo-Belasan tahun sudah lamanya bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Kerugian  yang dialami oleh masyarakat tak ternilai sudah seberapa banyak. Namun, belum lama ini ditemukan fakta menarik bahwa ditemukannya “harta karun” super langka di lokasi semburan lumpur panas tersebut.

Penemuan Harta Karun Lumpur Lapindo

Seperti dilansir dari CNBC, Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ditemukannnya keberadaan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth serta potensi logam raw critical material di sana.

Potensi dari logam raw critical material sangat besar dan diduga melebihi dari kapasitas logam tanah jarang di daerah tersebut.

Serta pemerintah juga telah menemukan kanduang Lithium dan Stronsium yang memeliki jumlah cukup besar pada lumpur Lapindo. Kandungan Lithium dan Stronsium diduga lebih besar dari kandungan logam raw critical material logam tanah jarang.

Menurut Eko Budi Lelono sebagai Kepala Badan Geologi Kementrian ESDM, pada tahun 2020 kandungan potensi Lithium pada lumpur Lapindo memiliki kadar 99,26% hingga 120 part per million (PPM) atau bagian per sejuta satuan konsentrasi.

Apa manfaat harta karun Lapindo?

Seberapa berharga temuan – temuan tersebut sehingga disetarakan dengan “harta karun”?

Penemuan Harta Karun Lumpur Lapindo

Ternyata Lithium dan Stronsium sama – sama berfungsi sebagai bahan baku energi dalam pembuatan baterai, khususnya baterai pada kendaraan listrik,mineral tanah jarang juga bahkan dapat menjadi bahan baku pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Salah satu manfaat dari logam tanah jarang yaitu sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Selain itu logam tanah jugda dapat menghasilkan monasit yang bisa dikembangkan menjadi berbagai macam jenis produk.

Kemudian, timah tanah jarang dapat dimanfaatkan dalam industry Kesehatan, seperi dalam alat pendeteksi kanker dan penyakit lainnya. Timah tanah jarang juga dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, penyimpanan listrik, dan pendukung tambang.

Oleh karena itu pemerintah saat ini sedang berfokus untuk mengelola mineral Lithium dan Stronsium, serta logam tanah jarang. Sejauh ini penelitian yang dilakukan pemerintah terbilang dangkal dan baru dilakukan analisis secara umum saja, belum ada penelitian secara mendalam.

Nantinya pemerintah akan melakukan kerjasama dengan pihak asing untuk melakukan proses ekstraksi. Salah satunya dengan Lembaga Energy Resource Government Initiative dari Amerika Serikat.

Sudah banyak badan usaha yang ingin menggarap proyek di Lumpur Lapindo tersebut akan tetapi, pemerintah sendiri belum membuka lelang untuk proyek ini. Potensi yang dimiliki bidang ini memang luar biasa besar. Menurut kementrian ESDM, kebutuhan Lithium untuk pengembangan kendaran listrik hingga tahun 2030 bisa mencaoai 758.693 ton yang akan dipergunakan untuk 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.

Siapa yang akan menguasai harta karun ini?

Penemuan Harta Karun Lumpur Lapindo

Permasalah yang muncul sekarang siapakah yang menguasai situs lumpur Lapindo yang penuh dengan kandungan harta karun ini? Apakah masih menjadi milik Lapindo Brantas, Bakrie Group, atau sidah menjadi milik pemerintah?

Dilansir dari Bisnis Indonesia, sekertaris dari perusahaan Minarak Group Anada Arthaneli mengatakan bahwa status tersebut mengacu pada peta area terdampak (PAT) 22 Maret 2007.

"Bahwa tanah dan bangunan tersebut kini tertimbun lumpur Lapindo yang merupakan bagian dalam PAT 22 Maret 2007 yang sudah dilakukan jual beli oleh PT Minarak Lapindo Jaya" .

Untuk saat ini, diskusi antara Pt Minarak Lapindo dan pemerintah terkait penyelesainnya seperti apa sedang dibicarakan oleh kedua belah pihak.

Indonesia sendiri memiliki banyak wiliyah yang terdapat potensi logam tanah jaran, menurut kajian Kementrian ESDM pada tahun 2017, wilayah Sumatra Utara saja setidaknya terapat 19.000 ton logam tanah jarang.

Kemudian di pulau Bangka Belitung ada sekitar 383.000 ton, Kalimantan minimal 219 ton, serta Sulaweri 433 ton.

Untuk tingkat global, China merupakan produsen terbesar dengan 84% dari total produksi logam tanah jarang dunia. Lalu diikuti negara-negara seperti Australia yang memproduksi 11%, Rusia 2%, dan Brazil serta India 1%.

 

Previous Post
Next Post

0 komentar: